Selasa, 28 Desember 2010

Cerita Masa Kecil Julian Assange Pendiri Situs WikiLeaks

Pendiri situs WikiLeaks Julian Assange dikenal sebagai sosok cerdas, bahkan ketika dia masih bau kencur. Bret Assange, ayah tiri Julian, bersaksi tentang mantan peretas komputer tersebut.
Sosok kontroversial Julian Assange tumbuh dalam keluarga yang hidup dari bisnis teater di Australia. Brett Assange, yang kini tinggal menyendiri di Sydney, dalam sebuah wawancara eksklusif dengan CNN pada 2 Desember menggambarkan bahwa anak tirinya itu adalah bocah yang cerdas dan selalu berjuang untuk orang-orang tertindas.

http://www.boingboing.net/Julian-assange-nyp.png

Brett menyatakan tidak pernah terkejut jika putranya itu akan melakukan perbuatan kontroversial seperti saat ini. "Dia selalu menjadi orang yang mandiri dan tidak pernah berkata tidak ketika diminta untuk melakukan sesuatu," kisahnya.

"Dia selalu berdiri untuk orang-orang tertindas. Saya ingat ketika dia masih sekolah, dia selalu marah kepada sekelompok orang yang menyakiti orang lain. Dia mempunyai perasaan yang tajam dalam hal kesetaraan dan keadilan," kata Brett bersaksi.

Brett ingat ketika anak tirinya itu jatuh dari pohon dan terlihat sangat kesakitan karena lengannya patah. "Tapi, dia tidak menangis, mengeluh, atau menunjukkan rasa iba agar dikasihani orang lain," katanya.

Brett dengan tegas menyatakan bahwa dirinya mendukung Assange yang kini ditahan di London, Inggris, dan menolak uang jaminan. Dia yakin putranya tidak melakukan apa yang dituduhkan otoritas Swedia.

Kini Assange menghadapi tuduhan serius terkait dengan laporan dua perempuan Swedia yang merasa dilecehkan secara seksual. Laporan itu membuat pria 39 tahun tersebut meringkuk di tahanan Inggris, tempat Assange bersembunyi selama ini."

Penahanan terhadap Assange hanya berselang beberapa hari setelah situs WikiLeaks kembali membocorkan ribuan kawat diplomatik rahasia milik Amerika Serikat. Sejumlah pemimpin dunia, khususnya sekutu Barat, menyerukan agar Assange ditangkap karena membocorkan dokumen sensitif. Sementara itu, pendukungnya menyebut Assange sebagai ikon kebebasan berbicara.

Kini, meski sosoknya terus menjadi perhatian media internasional, Assange tetap saja misterius. Mungkin karena sejak belia ayah satu anak itu terbiasa hidup menyendiri dan jauh dari hiruk-pikuk kehidupan sosial seperti manusia kebanyakan.

Sebagian besar pendidikan pada masa kecilnya dilakukan di rumah. Orang tuanya menjalankan tur teater sehingga mereka hidup berpindah-pindah. Pada usia 14 tahun, Assange diketahui telah berpindah rumah sebanyak 37 kali.

Ibunya, Christine Assange, menggambarkan Assange sebagai sosok yang "sangat cerdas". Usianya masih 16 tahun saat sang ibu membelikan komputer pertamanya, Commodore 64. Saat itu masih 1987 dan belum ada website. Assange memasang modem pada komputernya dan memulai petualangannya di dunia komputer jaringan yang baru berkembang.

Meski sang ibu mendidiknya tanpa pengaruh agama apa pun, Christin merasa bahwa Assange tumbuh dengan keinginan kuat dari apa yang dilihat dan dirasakannya. "Dia adalah anak manis, sangat sensitif, mencintai binatang, tentang, dan mempunyai selera humor yang nakal," ungkap Christine kepada harian Herald Sun, Melbourne, Australia.

Sementara itu, rekannya, Daniel Domscheit-Berg, mantan relawan dan juru bicara WikiLeaks yang memilih berhenti dari pekerjaannya, kepada CNN menyatakan bahwa Julian Assange secara personal telah melanggar kesepakatan awal dari misi organisasi yang mereka bentuk. "Awalnya kami sepakat untuk tidak membongkar semua data dan hanya sebagian," jelasnya.

Sumber: http://dunia-panas.blogspot.com/2010/12/kisah-masa-kecil-julian-assange-pendiri.html