Sabtu, 06 Agustus 2011

Amplop Berusia 159 Tahun Dihargai Rp 9 Juta


SURABAYA POST - Memiliki sebuah amplop berusia 159 tahun yang berasal dari Australia cukup membanggakan Sitatag Juary seorang filatelis asal Surabaya. Harga amplop yang sudah tidak lagi berwarna putih itu pun bisa mencapai jutaan rupiah.

"Ya kalau di luar negeri, amplop ini bisa berharga US$ 1.000 atau sekitar Rp 9 juta lebih," kata Sitatag saat ditemui dalam acara bursa filateli yang digelar di Kantor Pos Kebon Rojo, Surabaya.


Selain berusia 159 tahun dan dicetak dia Australia pada kurun waktu 1851 hingga tahun 1854, yang menjadi keunikan adalah amplop tersebut terbit ketika perangko belum beredar.


"Sebelum ada perangko, mereka menggunakan cap atau stempel berbentuk kupu-kupu di pojok kanan atas," terang filatelis yang mulai menggeluti hobi pengumpulkan produk pos ini sejak duduk di bangku sekolah SMP ini.


Tak hanya amplop asal Australia, Sitatag juga memamerkan koleksi amplop yang dikirim oleh warga Belanda untuk kerabatnya yang ada di Bandung. Berbeda dengan amplop asal Australia, amplop asal Belanda tersebut sudah memiliki perangko tertanggal 12 November 1937 yang ditujukan untuk orang Belanda yang tinggal di Bandung.


"Keunikan amplop ini adalah adanya stempel maskapai penerbangan yaitu Flight of the Royal Ducth Airlines yang berbentuk wayang dan kupu-kupu selain dua stempel kantor dari kantor pos baik kantor pos Belanda maupun Pos Indonesia," jelas Alumnus Interior Design Universitas Petra Surabaya ini.


Sitatag menjelaskan, harga amplop asal Belanda yang memiliki keunggulan stempel maskapai penerbangan ini sekitar Rp 3-4 juta. Tak hanya menggoleksi amplop, Sitatag juga mengkoleksi perangko bahkan artist drawing atau lukisan awal sebelum menjadi perangko. Dimana lukisan itu berceritakan tentang kependudukan Jepang di Jawa tahun 1942-1945.


Demi berburu koleksi-koleksi produk filateli unik, Sitatag sangat rajin mengikuti lelang dunia maya dan rela merogoh kocek yang dalam. Namun, Sitatag enggan menyebutkan berapa rupiah yang harus dia keluarkan untuk mendapatkan kedua amplop koleksi antik tersebut.


"Saya mendapatkan amplop ini dari seorang filatelis senior almarhum FX Kurnadi. Untuk memiliki amplop ini saya harus menunggu bertahun-tahun, saat saya menginginkannya usia saya masih 13 tahun, oleh almarhum saya baru boleh membeli amplop ini bila saya sudah bekerja,"


Sayangnya, lanjut dia, saat FX Kurniadi wafat, ia masih kuliah, namun dalam wasiatnya beliau menuliskan amplop ini hanya boleh dibeli oleh saya. "Sehingga, ahli warisnya pun langsung mengontak saya," urainya.