Untuk mencapai kampung naga relatif cukup mudah. Apabila menggunakan kendaraan umum, dari Jakarta cukup dengan bis jurusan ke Garut dengan biaya Rp.35.000. Dari terminal garut agan bisa menggunakan elf yang menuju tasikmalaya atau bis yang menuju tasikmalaya atau singaparna dengan biaya rata-rata Rp.10.000. Dengan lama perjalanan sekitar 1 jam agan akan sampai di pintu gerbang Kampung Naga. Pintu masuk menuju Kampung Naga tepat berada di sisi kiri jalan raya. Untuk mencapai Kampung Naga agan harus terlebih dahulu menuruni anak tangga sebagai satu-satunya jalan menuju Kampung Naga.
Tetapi setelah memasuki Kampung Naga, anda dilarang mengambil gambar terlebih dahulu sebelum meminta ijin kepada Kuncen Kampung Naga.
Selasa, Rabu dan Sabtu yang tabu
Hari selasa, rabu dan sabtu adalah hari tabu bagi warga Kampung Naga maupun Sanaga (warga kampung naga yang sudah keluar dari kampung). Maksudnya tabu disini adalah mereka tidak boleh menceritakan tentang adat istiadat dan asal usul-nya pada hari tersebut. Jadi apabila agan-agan ingin berkunjung kesana lebih baik diluar hari tersebut, sehingga kita dapat mengenal budayanya lebih dekat.
Rumah Adat Kampung Naga yang canggih
Rumah-rumah adat di bangun di atas tanah milik adat, sehingga jumlahnya tetap, tidak bisa ditambah seenaknya, rumah adat Kampung Naga berjumlah 113 dan tidak akan ditambah.
Rumah-rumah disusun dengan pintu menghadap pintu, dapur berada di depan dan bagian belakang digunakan sebagai ruangan istirahat dengan Maksud apabila ada keramaian tidak akan mengganggu orang yang sedang beristirahat.
Lantai dapur dibuat dengan manggunakan bambu yang memiliki celah yang memungkinkan remah-remah makanan jatuh ke tanah. Dengan hal ini remahan makanan akan dimakan oleh ayam yang menjadi peliharaan warga Kampung Naga. Rumah ini merupakan rumah tahan gempa yang dapat menahan sampai guncangan 10 SR.
Lantai dapur dibuat dengan manggunakan bambu yang memiliki celah yang memungkinkan remah-remah makanan jatuh ke tanah. Dengan hal ini remahan makanan akan dimakan oleh ayam yang menjadi peliharaan warga Kampung Naga. Rumah ini merupakan rumah tahan gempa yang dapat menahan sampai guncangan 10 SR.
Toilet untuk buang air besar berada di atas kolam ikan, sehingga kotoran yang kita keluarkan akan dimakan oleh ikan-ikan yang menjadi peliharaan warga. Pada suatu saat ikan tersebut akan dimakan oleh warga.
Hutan Terlarang yang sakral
Terdapat dua hutan yang terlarang untuk dimasuki. Yang pertama adalah hutan terlarang yang berada di sisi sungai Ciwulan. Hutan ini sama sekali tidak boleh dimasuki siapapun karena pamali. Apalagi mengambil apapun yang berada di hutan merupakan larangan keras, bahkan pohon yang tumbang pun, warga tak berani mengambilnya. Sudah beberapa kali ada pengunjung yang penasaran dan memasuki hutan tersebut, alhasil pengunjung tersebut kerasukan jin atau sesuatu. Hutan yang kedua adalah Hutan Keramat yang hanya boleh dimasuki oleh pemuka-pemuka warga Kampung Naga, dan itu pun hanya pada upacara-upacara adat Kampung Naga.
Bumi Ageng sang saksi bisu
Bumi ageng merupakan rumah yang konon pertama kali didirikan di Kampung Naga. Hanya terdapat satu pintu tanpa jendela dengan dinding terbuat dari anyaman bambu. Rumah ini dilarang di ambil gambarnya dari dekat tetapi kita boleh mengambil gambaranya dari jauh dengan kemampuan zoom lensa kamera kita. Rumah ini hanya boleh dimasuki oleh pemuka-pemuka warga Kampung Naga, itu pun hanya pada hari-hari tertentu saja. Konon saat masa G30s PKI semua rumah disini dibakar dan hanya Bumi Ageng inilah yang tersisa.
Harmoni Kampung Naga yang menyatu dengan alam
Semua kebutuhan hidup termasuk makan didapat warga Kampung Naga dari tanah-tanah yang mereka kelola sendiri. Sayur dan buah dari perkebunan maupun padi dari sawah yang mereka tanam dan bahkan ayam yang mereka pelihara.
Gotong-royong selalu dijunjung tinggi
Saat saya kesana sedang diadakan gotong royong warga untuk memperbaiki salah satu rumah warga Kampung Naga. Gotong royong ini dilakukan oleh warga Kampung Naga sendiri.
Gallery
sumber: kaskus.us