Entah sedalam apa trauma yang dialami Wang Guiying terhadap kaum Adam, sehingga ia butuh waktu sembilan puluh tahun untuk menghapus perasaan takut terhadap lelaki. Kini, di usia 107 tahun, Wang memutuskan mencari seorang suami.
Perempuan yang tinggal di kota Chongqing di barat daya China ini mengatakan bahwa sekarang adalah waktu yang cukup matang untuk menikah.
Apalagi dia khawatir kalau-kalau ponakan-ponakan yang selama ini merawatnya, juga beranjak tua dan tidak mampu lagi mengurus Wang.
Keponakan paling muda saja saat ini sudah berusia 60 tahun. Wang telah meminta ponakan- ponakannya untuk mencarikan pendamping yang sesuai bagi dirinya.
Ponakan-ponakan Guiying sepakat untuk mencarikan calon suami yang juga berusia di atas 100 tahun agar Wang dan suaminya "nyambung" ketika mengobrol.
"Walaupun membantu orang lain membawa kebahagiaan bagi saya, makin lama saya menjadi beban berat bagi anggota keluarga lain," kata Wang kepada sebuah harian lokal.
"Terutama sekarang ketika saya melihat keponakan lelaki dan perempuan saya semakin tua dan anak-anak mereka juga sudah terikat dengan keluarga masing-masing." Wang lahir dalam keluarga pedagang garam.
Dia tumbuh bersama seorang kakak perempuan- yang meninggal muda, dan seorang adik laki- laki. Wang berkisah bahwa ketika dia masih kanak-kanak, dia sering mendengar jeritan tantenya yang sedang dipukul oleh suaminya.
Saking ketakutan, Wang bersembunyi dan menangis di gudang. Wang kecil menemukan kenyataan bahwa dalam kehidupan masyarakat patriarkis di China, semua perempuan yang sudah berumah tangga akan mengalami jalan hidup yang kurang lebih serupa dengan tantenya.
"Tiap pasangan suami-istri menjalani hidup yang sama," ungkap Wang. "Pernikahan itu menakutkan." "Adik lelaki saya bahagia saat dia menikah, tetapi saya masih saja takut [menikah]," lanjut Wang. Wang jatuh miskin setelah kematian ayahnya, dan menghabiskan waktunya dengan bekerja di ladang.
Di usia 74 tahun, Wang tinggal bersama anak adik lelakinya. Dia bisa mengurus dirinya sendiri sampai pada umur 102 tahun, sebelah kakinya tidak dapat digunakan lagi. Sejak itu, dia sangat bergantung pada orang lain.
Nah, kalau Wang mendapat suami yang juga berusia seratus tahun lebih, lalu apa yang bisa dilakukan sang suami untuk merawat Wang? Entahlah.
Namun pemerintah sudah memberi saran agar keponakan-keponakan Wang mulai menelusuri rumah warga lokal, siapa tahu di dalamnya ada seorang lelaki tua yang juga sedang mencari pendamping hidup.
sumber http://menujuhijau.blogspot.com/2010/11/nenek-107-tahun-cari-jodoh-ada-yang-mau.html