Abdullah bin Umar, Urwah bin Zubair, Mush’ab bin Zubair, Abdul Malik bin Marwan radhiallahu ‘anhum adalah orang besar dalam sejarah perjuangan Islam yang termasuk generasi tabi’in. Suatu hari mereka duduk-duduk di pelataran Ka’bah. Mush’ab pertama kali mengangkat pembicaraan dengan mengatakan, “Bercita-citalah kalian.” Para sahabat masih enggan menyampaikan cita citanya, hingga mereka meminta agar Mush’ab lah yang pertama kali menyampaikan cita-cita dan keinginannya. “Mulailah dari dirimu,” ujar mereka. Mush’ab pun menyampaikan apa yang menjadi cita-citanya.
Kemudian Urwah bin Zubair mengungkapkan keinginannya. Ia mengatakan, dirinya ingin menguasai ilmu fiqih dan hadits. Urwah, dalam sejarah Islam, memang menjadi salah satu tokoh ulama fiqih dan banyak meriwayatkan hadits.
Abdul Malik bin Marwan mengatakan dirinya ingin menjadi khalifah. Dan ternyata kelak ia dilantik menjadi khalifah pada masa Daulah Umawiyah. Abdul Malik bin Marwan bukan hanya khalifah yang memiliki ilmu yang luas dan banyak beribadah, tapi juga tokoh yang berhasil menyatukan kembali wilayah kekhalifahan sepeninggal dua putra Zubair bin Awam, Mush’ab dan Abdullah, dalam perang melawan Hajjaj as Tsaqafi. Ia juga yang menjadi perintis system post, penerjemah banyak kitab asing dan membuat uang logam dari emas
Sedangkan yang terakhir, Abdullah bin Umar mengungkapkan apa yang menjadi cita-citanya. Ia menegaskan, cita-citanya adalah surga!
Cita-cita Mush’ab adalah, “Aku ingin kaum Muslimin bisa menaklukan wilayah Irak, aku ingin menikahi Sakinah binti Husein dan Aisyah binti Thalhah bin Ubaidillah.” Beberapa tahun kemudian Mush’ab berhasil meraih cita-citanya tersebut.
Saya rasa kisah tentang cita-cita Mush’ab bin Zubair ini sangat berbeda dengan kisah muhajir Ummu Qais. Cinta jiwa yang dibingkai cinta misi tentu berbeda dengan cinta misi yang dilalaikan oleh cinta jiwa. Meminjam istilah anis matta tentang cinta misi dan cinta jiwa.