Pada tanggal 24 Januari 1985, setahun sebelum peluncuran Challenger, NASA telah meluncurkan pesawat ulang-alik Discovery. Temperatur udara pada saat peluncuran Discovery adalah lima puluh tiga derajat Fahrenheit (11,5 °C), dan para insinyur di Morton-Thiokol, perusahaan yang memproduksi "solid rocket booster O-ring", mencatat bahwa telah terjadi erosi O-ring pada temperatur tersebut. Temperatur yang diharapkan pada saat peluncuran pesawat ulang-alik Challenger adalah dua puluh sembilan derajat Fahrenheit (-1,5 °C). Para insinyur Morton-Thiokol, walau memang mengakui bahwa mereka tidak punya cara untuk membuktikan bahwa akan terjadi masalah dengan CD-ring pada temperatur dua puluh sembilan derajat Fahrenheit (karena tiadanya pengetesan tertentu pada temperatur yang lebih rendah), menyatakan adanya masalah erosi pada Discovery pada temperatur lima puluh tiga derajat Fahrenheit, dan menganjurkan kepada NASA supaya mereka menunda peluncuran Challenger. Manajer NASA menantang kesimpulan para insinyur Morton-Thiokol dan meminta keputusan manajemen Morton-Thiokol.Manajer memberikan laporan kepada Nasa, mengemukakan "pemeriksaan keteknikan" mereka bahwa O-ring mampu menanggung temperatur yang telah diperhitungkan, dan bahwa peluncuran ini harus dilaksanakan sesuai jadwal. Para insinyur proyek Morton-Thiokol menolak untuk menandatangani laporan ini. Alan McDonald, yang adalah direktur Morton-Thiokol bagi Solid Rocket Motors Project sedang berada di Florida bersama NASA, dan mendesak NASA untuk menolak laporan para manajer perusahaannya, dan tidak meluncurkan Challenger. la berkeyakinan bahwa cuaca yang dingin akan menciptakan situasi yang cukup berisiko terhadap O-ring, sehingga bisa membenarkan penundaan peluncuran. Usulan McDonald ditolak oleh para manajer proyek NASA, dan Challenger di-luncurkan pada pukul 11.38 tanggal 28 Januari 1986. Terdapat untaian tetesan air yang membeku pada panggung peluncuran dan pesawat ini pada saat peluncuran. Keputusan untuk meluncurkan Challenger adalah sebuah keputusan yang buruk, dan mengakibatkan hilangnya 7 nyawa, kehancuran pesawat ruang angkasa senilai multimiliar dolar, dan ditutupnya program pesawat ulang-alik NASA selama dua tahun. Peristiwa ini juga menandai untuk pertama kalinya Amerika Serikat telah kehilangan astronaut dalam kegagalan pesawat ruang angkasa saat penerbangan, dan menyebabkan para warga negara Amerika kehilangan kepercayaannya terhadap NASA.
Bencana Challenger juga mengacu pada keluarnya orang-orang kunci dari NASA, dan pada keputusan untuk menggunakan roket-roket sekali pakai daripada pesawat ulang-alik imtuk meluncurkan satelit ke orbitnya.Sebuah komite kongres yang telah dibentuk untuk menyelidiki bencana ini menyimpulkan bahwa "usaha untuk menepati jadwal penerbangan dan pemo-tongan biaya lebih diprioritaskan dibanding keamanan penerbangan." Misi Challenger sangat diminati oleh masyarakat Amerika karena kehadiran guru sekolah menengah atas yang berasal dari New Hampshire, Christa McAuliffe, orang pertama yang berasal dari masyarakat biasa—dan pelantikan program "Guru di Ruang Angkasa" NASA. McAuliffe dijadwalkan untuk memberi pengajaran dari ruang angkasa kepada murid-muridnya, sebuah program yang inovatif dan mencengangkan yang membangkitkan antusiasme sangat besar di kalangan para pendidik dan siswa.
Sumber: http://achtungpanzer.blogspot.com/2009/05/ledakan-pesawat-ulang-alik-challenger.html