Pesan Tiket Online Pin BBM: 282E5C7C - 085263803555 Pesan Tiket Online Pin BBM: 282E5C7C - 085263803555

Senin, 25 Juli 2011

Hewan Yang Menciptakan Alat dan Menemukan Solusi

 
Setiap hari kita menggunakan banyak alat hasil penemuan para ilmuwan yang mempermudah kita melakukan sesuatu. Dari yang paling sederhana misalnya sendok dan palu. Penemuan yang kompleks misalnya mobil dan telepon. Banyak orang berpikir bahwa hanya manusia yang menciptakan alat. Jangan salah, hewan juga banyak menggunakan alat bantu. Apa saja penemuannya? simak yuk!
Semut api menggunakan lumutnya untuk menyerap air dan membawanya ke sarang. Berang-berang laut menggunakan batu sebagai palu untuk membuka cangkang kerang. Apakah sejak lahir mereka mengetahui hal ini? Ataukah mencontoh penemuan berang-berang yang lain?
Para ilmuwan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dengan mengamati binatang di alam. Mereka telah mencatat bahwa semua berang-berang laut-muda dan tua-menggunakan batu untuk memecahkan cangkang keras. Pada dasarnya semua melakukannya dengan cara yang sama. Dan semua semut api menggunakan lumut dengan cara yang sama juga. Jadi penggunaan alat oleh berang-berang dan semut api mungkin merupakan kemampuan bawaan.

Penemuan Simpanse

 
simpanse menggunakan ranting untuk menangkap rayap
Simpanse menggunakan ranting untuk menangkap rayap. Ia mematahkan ranting dengan panjang ideal. Lalu dengan hati-hati menusukkan alat ke lubang dalam gundukan rayap. Rayap menyerang tongkat, dan tongkat itu ditariknya keluar, telah dikerubuti oleh rayap lezat. Tidak seperti berang-berang laut, simpanse secara individu membuat dan menggunakan alat berbeda.
Simpanse muda belajar keterampilan dengan menonton simpanse lebih tua. Beberapa kali yang muda membuat penyelidikan dari sebuah ranting, alat ini kasar dan tidak bekerja dengan baik. Dengan berlatih, simpanse muda meningkatkan keterampilan mereka membuat alat.

Penemuan TikusKita tahu tikus itu bisa menggerogoti dan merusak apa saja, tidak hanya kayu, plastik bahkan sabunpun digigitinya. Tapi tikus itu tidak mati karena menelan apa saja yang digerogotinya, bagaimana hal itu bisa terjadi?

Dr Paul Sherman dan Gabriela Shuster meneliti Gerbil- jenis tikus Afrika ini tinggal di bawah tanah, dengan koloni biasanya mencapai hingga tiga ratus ekor. Di laboratorium Dr Sherman Cornell University, mengurung mereka didalam rumah kotak plastik besar berlubang-lubang kecil untuk sirkulasi udara, di mana mereka langsung saja menggerogoti lubang dengan gigi depan yang besar, untuk membuat lubang bertambah besar, supaya mereka bisa kabur dari situ.
 
Sebelum menggerogoti plastik, supaya plastik itu tidak tertelan, tikus mencari sepotong kayu atau mengupas akar. Ia menaruh potongan atau kupasan di belakang gigi depan. “Pelindung” ini seperti perisai di mulutnya untuk menahan serpihan dan debu plastik masuk ke tenggorokan/tertelan.
 
Seekor tikus menggigit potongan kayu kayu di belakang giginya yang besar saat mengerat dinding kotak plastik. Potongan kayu tersebut menahan potongan-potongan plastik masuk ke tenggorokannya.
Dr. Sherman dan Ms. Shuster tidak yakin kapan tikus mulai menggunakan “pelindung”. Tidak ada yang melihat jika tikus menggunakan potongan kayu saat binatang pertama kali dibawa ke laboratorium dua puluh tahun yang lalu. Para ilmuwan juga tidak tahu apakah tikus liar menggunakan “pelindung” ketika mereka menggerogoti tanah karena tidak ada yang pernah melihat mereka bekerja di bawah tanah.

Untuk mempelajari lebih lanjut, Sherman dan Shuster menambahkan potongan batu-pasir halus, mirip dengan tanah asli. Tikus kadang-kadang menggunakan “pelindung”, tapi tidak sesering ketika mereka menggigit plastik. Ketika para peneliti menambahkan gabus, busa plastik, dan tanah liat, dan barang-barang yang bisa langsung rusak/patah dalam sekali gigitan, tikus tidak menggunakan “pelindung” untuk menggerogotinya. Jadi ia bisa menilai kapan ia butuh “pelindung” atau tidak.Apakah semua tikus menciptakan “pelindung” untuk melindungi iritasi plastik dari leher mereka? Tikus di beberapa laboratorium menggunakan potongan kayu dengan cara yang sama. Ini bisa berarti bahwa semua tikus tahu cara untuk melindungi leher mereka saat menggerogoti sesuatu untuk mencari makan atau kabur dari suatu tempat.

Tapi hanya tikus yang lebih tua yang menggunakan potongan kayu. Hal ini bisa menjadi petunjuk bahwa tikus muda dilahirkan tidak tahu bagaimana menggunakan potongan sebagai “pelindung”, tetapi harus belajar dari orang tua mereka. Itu berarti setidaknya seekor tikus menciptakan alat. Naluri atau penemuan? Tidak seorangpun yakin. Namun “keahlian” ini diwariskan turun-temurun.

Gagak Memecahkan Masalah dan Menemukan SolusiBinatang lain yang dapat memikirkan solusi pemecahan masalah adalah gagak. Burung ini mengumpulkan batu, kemudian menjatuhkan mereka pada musuh. Apakah penemuan gagak? Untuk mengetahui, Dr Bernd Heinrich memberi gagak masalah yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.

Dr. Bernd mengikat daging pada ujung tali panjang yang diikat pada sebuah dahan. Satu-satunya cara bagi gagak untuk makan daging adalah menarik tali sampai ke tenggeran tersebut. Tapi Dr Heinrich membuat masalah sulit dengan memilih sebuah tali yang sangat panjang. Apa yang kira-kira gagak akan lakukan ya?
Awalnya satu gagak mematuk tali atau menukik daging yang diikat tali itu, namun gagal. Akhirnya, seekor gagak yang lain bertengger di dahan dan menggulung pendek tali dengan paruhnya. Gagak menggunakan sebelah kakinya untuk menjepit tali ke dahan, mencegah daging dari jatuh ke tempat asalnya. Burung itu kemudian menggunakan paruhnya untuk menggulung benang pada dahan supaya menjadi pendek. Setelah mengulanginya beberapa kali, burung itu bisa mengambil daging. Pintar ya?
 
Gagak Menemukan solusi Mengambil daging yang diikat dengan tali panjang
Akhirnya, sebagian besar gagak lainnya yang melihat temannya melakukan itu, menggulung tali dengan cara yang sama. Setelah mereka mengetahui caranya, mereka dapat menggunakan cara dengan sempurna setiap kali. Karena tidak ada gagak yang tahu dari awal bagaimana cara memecahkan masalah, namun mereka berusaha menemukan caranya melalui beberapa kali percobaan, Dr Heinrich menyimpulkan bahwa mereka telah berhasil menemukan solusi.

Hewan selain manusia mungkin tidak akan menemukan alat rumit seperti komputer atau pesawat terbang. Tetapi beberapa dari mereka lebih kreatif dari yang mungkin Anda pikirkan. Jadi kita sebagai manusia yang telah dianugerahi akal oleh Tuhan, harus lebih kreatif mencari solusi sebuah masalah, jangan mudah menyerah.

 Ayo semangat! (Erabaru/art)