VIVAnews - Bernard Madoff, terpidana kasus penipuan berkedok bisnis investasi puluhan miliar dolar, memulai hari pertama menjalani masa hukuman penjara selama 150 tahun. Pelaku penipuan terbesar sepanjang sejarah AS itu tiba di penjara federal di negara bagian North Carolina, Amerika Serikat (AS), Selasa, 14 Juli 2009 waktu setempat.
Seperti dikutip dari laman harian The Wall Street Journal, Greg Norton, juru bicara Biro Penjara AS mengatakan, Madoff tiba sekitar pukul 11.15 pagi waktu setempat di Kompleks Lembaga Permasyarakatan Federal Butner di kota Butner, North Carolina.
Pria berusia 71 tahun itu ditempatkan di salah satu dari dua penjara dengan penjagaan tingkat sedang. Penipu investasi skema Ponzi itu adalah tahanan dengan nomor 61727-054. Kompleks Butner memiliki dua penjara dengan penjagaan sedang, satu penjara penjagaan rendah, sebuah fasilitas kesehatan, dan kamp penjara untuk tahanan pria dengan penjagaan minimal.
Seperti dikutip dari laman harian The New York Times, Madoff ditempatkan bersama narapidana kriminal, penyalur obat terlarang, dan anggota kelompok bandit. Sebagian besar dari mereka mendapat vonis seumur hidup. Biro Penjara memperkirakan tanggal pembebasan 14 November 2139 untuk Madoff, dengan asumsi dia mendapat keringanan hukuman karena berkelakuan baik.
Edward S. Bales, pengelola Konsultan Penjara Federal yang menyediakan layanan konsultasi bagi tahanan mengatakan, masalah yang akan dihadapi Madoff adalah reaksi tahanan lain terhadap mantan pekerja keuangan Wall Street tersebut.
"Ada orang-orang di dalam penjara yang kehilangan pekerjaan dan kehilangan rumah mereka dan mungkin menyalahkan Madoff atas situasi ekonomi ini. Mereka mungkin akan iri pada Madoff karena mengira dia memiliki miliaran dolar yang disembunyikan di suatu tempat," kata Bales.
Butner juga menahan Omar Abdel-Rahman, perancang rencana pembunuhan Presiden Mesir, Hosni Mubarak, dan peledakan landmark New York City. Selain itu, ada juga John Hinckley Jr. yang mencoba membunuh Presiden Reagan. "Madoff akan bertahan, tetapi ini bukan jalan yang mudah bagi dia," kata Bales.