KUALA LUMPUR - Sebuah perusahaan di Malaysia berhasil menciptakan sebuah mesin yang dikhususkan bagi umat muslim untuk berwudu tanpa membuang banyak air.
Mesin tersebut dilengkapi dengan sensor automatis dan saluran air untuk mengurangi jumlah air, saat jemaah sedang melakukan wudu. Alat setinggi 1,65 meter tersebut hanya menggunakan 1,3 liter air untuk sekali wudu. Umumnya jemaah biasa membiarkan keran air selama proses wudu berlangsung dan biasanya dapat menghabiskan waktu lebih dari dua menit.
Perusahaan pencipta alat ini, AACE menargetkan alat ini dapat digunakan di negara-negara muslim di Afrika dan Timur Tengah, di mana air merupakan barang langka di wilayah tersebut. Alat ini sendiri dilepas ke pasaran dengan harga USD4500 atau sekira Rp42 juta (Rp9,345 per dolar), untuk satu mesin.
Menurut Direktur AACE Anthony Gomez, mesin diperkirakan dapat membantu jutaan jemaah saat ibadah haji. "Saat musim Haji, dua juta umat menghabiskan 50 juta liter air sehari saat wudu," komentar Anthony Gomez seperti dikutip Reuters, Senin (1/2/2010).
"Jika pemerintah Arab Saudi menggunakan mesin ini, mereka bisa berhemat sekira 40 juta liter air per harinya," lanjut Gomez.
Mesin yang dalam pengembangannya menghabiskan dana sebesar USD2,8 miliar ini membutuhkan waktu selama dua tahun untuk membuatnya. Meski mahal, beberapa negara sudah menyatakan, ketertarikannya untuk mengadaptasi mesin tersebut.
Dubai berencana memakai mesin tersebut untuk diaplikasikan di bandara internasional milik mereka. Sementara AACE sendiri berencana untuk memasok alat berteknologi tinggi tersebut di masjid dan kantor dengan menggunakan model terbaru yang dapat digunakan untuk enam orang.
Meski dapat menghemat air, banyak warga Malaysia yang menilai mesin tersebut terlalu mahal. Mereka juga menilai harga air di Malaysia masih murah, jadi mesin tersebut belum dibutuhkan untuk saat ini. Lain halnya dengan warga Singapura yang sempat mencoba alat tersebut. Mereka menilai mesin tersebut dapat membantu program konservasi alam. (faj)(rhs)
Mesin tersebut dilengkapi dengan sensor automatis dan saluran air untuk mengurangi jumlah air, saat jemaah sedang melakukan wudu. Alat setinggi 1,65 meter tersebut hanya menggunakan 1,3 liter air untuk sekali wudu. Umumnya jemaah biasa membiarkan keran air selama proses wudu berlangsung dan biasanya dapat menghabiskan waktu lebih dari dua menit.
Perusahaan pencipta alat ini, AACE menargetkan alat ini dapat digunakan di negara-negara muslim di Afrika dan Timur Tengah, di mana air merupakan barang langka di wilayah tersebut. Alat ini sendiri dilepas ke pasaran dengan harga USD4500 atau sekira Rp42 juta (Rp9,345 per dolar), untuk satu mesin.
Menurut Direktur AACE Anthony Gomez, mesin diperkirakan dapat membantu jutaan jemaah saat ibadah haji. "Saat musim Haji, dua juta umat menghabiskan 50 juta liter air sehari saat wudu," komentar Anthony Gomez seperti dikutip Reuters, Senin (1/2/2010).
"Jika pemerintah Arab Saudi menggunakan mesin ini, mereka bisa berhemat sekira 40 juta liter air per harinya," lanjut Gomez.
Mesin yang dalam pengembangannya menghabiskan dana sebesar USD2,8 miliar ini membutuhkan waktu selama dua tahun untuk membuatnya. Meski mahal, beberapa negara sudah menyatakan, ketertarikannya untuk mengadaptasi mesin tersebut.
Dubai berencana memakai mesin tersebut untuk diaplikasikan di bandara internasional milik mereka. Sementara AACE sendiri berencana untuk memasok alat berteknologi tinggi tersebut di masjid dan kantor dengan menggunakan model terbaru yang dapat digunakan untuk enam orang.
Meski dapat menghemat air, banyak warga Malaysia yang menilai mesin tersebut terlalu mahal. Mereka juga menilai harga air di Malaysia masih murah, jadi mesin tersebut belum dibutuhkan untuk saat ini. Lain halnya dengan warga Singapura yang sempat mencoba alat tersebut. Mereka menilai mesin tersebut dapat membantu program konservasi alam. (faj)(rhs)