Sikap sabar dan reformis dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono rupanya mampu mengilhami seniman dan budayawan sekaligus desainer keris kenamaan, H Hardi, untuk menciptakan sebuah keris dengan penjiwaan dan karakter serupa.
Karakter Presiden Yudhoyono yang tidak haus akan kekuasaan dianggap perlu diwariskan dalam wujud karya masterpiece sebuah keris yang kemudian diberi nama Keris Kanjeng Kyai Yudhoyono.
Keris inilah yang kemudian menjadi salah satu masterpiece dan unggulan dalam pameran Keris for The World 2010. Keris Kanjeng Kyai Yudhoyono ini akan terus dipamerkan di Galeri Nasional, Jakarta, pada 3-8 Juni 2010.
"Presiden Yudhoyono ini sosok reformis. Dia tidak menggunakan kekuasaan untuk kepentingannya sendiri. Maka dari itu, perlu kita beri penghargaan dalam wujud keris," kata H Hardi saat ditemui di sela-sela pembukaan pameran, Kamis (3/6/2010) malam.
H Hardi menjelaskan, Keris Kanjeng Kyai Yudhoyono memiliki karakter atau pamor yang disebut sebagai Samudra Sabar. Karakter ini menunjukkan keluasan rasa kesabaran dari si empunya ilham.
Didesain oleh H Hardi, keris ini memiliki jejeran Gaya Solo dengan warangka Gayaman kayu Gaharu. "Dikerjakan selama dua bulan oleh kolaborasi seni tempa H Ahmad dan seni garap dan seni pahat oleh Huri," ungkap H Hardi.
Keris Kanjeng Kyai Yudhoyono tidak sendirian menjadi keris unggulan pada pameran Keris for The World. Satu keris unggulan lainnya adalah Keris Kanjeng Kyai Carito Walik. Meski tidak diilhami sosok pemimpin seperti Presiden SBY, keris ini memiliki pamor yang unik dan tidak ada dalam keris lainnya.
Menurut Ketua Panitia Keris for The World, Toni Junus, keris tersebut memiliki makna bahwa saat ini telah terjadi perubahan zaman yang semakin "gila". "Bahwa terjadi perubahan zaman, yaitu zaman edan. Namun, zaman edan ini akan segera selesai," katanya.
Masih ada banyak keris Nusantara yang memiliki pamor dan keunikan yang tak kalah menarik turut dipamerkan. Menurut H Hardi, pameran yang digelar selama delapan hari di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, ini akan menampilkan sekitar 800 jenis keris koleksi 112 kolektor keris dari berbagai wilayah di Indonesia.
"Keris merupakan warisan budaya tak ternilai yang mesti dijaga kelestariannya," tandasnya.
Karakter Presiden Yudhoyono yang tidak haus akan kekuasaan dianggap perlu diwariskan dalam wujud karya masterpiece sebuah keris yang kemudian diberi nama Keris Kanjeng Kyai Yudhoyono.
Keris inilah yang kemudian menjadi salah satu masterpiece dan unggulan dalam pameran Keris for The World 2010. Keris Kanjeng Kyai Yudhoyono ini akan terus dipamerkan di Galeri Nasional, Jakarta, pada 3-8 Juni 2010.
"Presiden Yudhoyono ini sosok reformis. Dia tidak menggunakan kekuasaan untuk kepentingannya sendiri. Maka dari itu, perlu kita beri penghargaan dalam wujud keris," kata H Hardi saat ditemui di sela-sela pembukaan pameran, Kamis (3/6/2010) malam.
H Hardi menjelaskan, Keris Kanjeng Kyai Yudhoyono memiliki karakter atau pamor yang disebut sebagai Samudra Sabar. Karakter ini menunjukkan keluasan rasa kesabaran dari si empunya ilham.
Didesain oleh H Hardi, keris ini memiliki jejeran Gaya Solo dengan warangka Gayaman kayu Gaharu. "Dikerjakan selama dua bulan oleh kolaborasi seni tempa H Ahmad dan seni garap dan seni pahat oleh Huri," ungkap H Hardi.
Keris Kanjeng Kyai Yudhoyono tidak sendirian menjadi keris unggulan pada pameran Keris for The World. Satu keris unggulan lainnya adalah Keris Kanjeng Kyai Carito Walik. Meski tidak diilhami sosok pemimpin seperti Presiden SBY, keris ini memiliki pamor yang unik dan tidak ada dalam keris lainnya.
Menurut Ketua Panitia Keris for The World, Toni Junus, keris tersebut memiliki makna bahwa saat ini telah terjadi perubahan zaman yang semakin "gila". "Bahwa terjadi perubahan zaman, yaitu zaman edan. Namun, zaman edan ini akan segera selesai," katanya.
Masih ada banyak keris Nusantara yang memiliki pamor dan keunikan yang tak kalah menarik turut dipamerkan. Menurut H Hardi, pameran yang digelar selama delapan hari di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, ini akan menampilkan sekitar 800 jenis keris koleksi 112 kolektor keris dari berbagai wilayah di Indonesia.
"Keris merupakan warisan budaya tak ternilai yang mesti dijaga kelestariannya," tandasnya.