Negara-negara maju berlomba mengeksplorasi Bulan karena Bulan diperkirakan kaya kandungan Helium 3.Gas tersebut dinilai sebagai sumber energi alternatif potensial untuk menggantikan sumber energi Bumi yang menipis.
Sebagai salah satu negara paling maju di dunia, Jerman tidak ingin tertinggal dari negara-negara lain dalam mengeksplorasi potensi Bulan. Jerman saat ini mengaku sedang menabung untuk menjalankan misi pendaratan wahana tidak berawak ke Bulan pada 2015.
"Pendaratan Jerman di Bulan dapat dilakukan pada dasawarsa mendatang, sekitar 2015.Misi ini harus dilakukan karena Bulan adalah platform yang sangat baik untuk penelitian angkasa luar," ujar Menteri Perekonomian dan Teknologi Jerman Peter Hintze. Hintze mengungkapkan, misi Bulan itu diperkirakan memakan biaya sekitar USD2,2 miliar.
Hintze mengakui, biaya itu memang sangat besar. Namun, Hintze meyakini, misi tersebut akan membuahkan manfaat yang setimpal. "Jerman memang sedang mengalami resesi paling buruk dalam enam dasawarsa.Tetapi,Bulan adalah sumber jawaban utama tentang bagaimana kita menjamin masa depan planet biru (Bumi) kita.
Misi tersebut saat ini belum bisa dilakukan karena dananya belum ada," tutur Hintze. Bulan menjadi objek eksplorasi besar-besaran karena Bulan diperkirakan kaya Helium 3. Gas tersebut dinilai sebagai sumber energi alternatif yang potensial untuk menggantikan sumber energi Bumi yang mulai menipis.
Selain Jerman, negara-negara lain yang berlomba mengeksplorasi Bulan antara lain AS,Rusia,Jepang, dan China. Di antara negaranegara tersebut, negara yang paling ambisius mengeksplorasi Bulan adalah AS. Badan antariksa AS NASA berambisi mampu mendaratkan astronot di Bulan untuk tinggal di Bulan selama enam bulan. NASA pada saat ini sedang meneliti berbagai jenis desain wahana yang dapat digunakan manusia sebagai tempat tinggal di Bulan.
"Kami perlu tinggal cukup lama di Bulan.Kira-kira sekitar enam bulan. Sama dengan waktu yang kami habiskan untuk tinggal di Stasiun Antariksa Internasional (ISS),"ujar Direktur Advanced Capabilities Division NASA Carl Walz. Walz mengungkapkan, wahana yang akan menjadi pos pertama manusia di Bulan itu mungkin akan memilikidesainmiripISS.
Padasaat ini, ISS dapat ditinggali tiga manusia dalam waktu cukup panjang. NASA bertekad menyelesaikan pembangunan pos Bulan pada 2010.Ada pun penerbangan NASA ke Bulan dijadwalkan berlangsung pada 2020.NASA pada saat ini sedang mendesain pula sistem transportasi, komunikasi, serta pembangkit listrik untuk mendukung operasi di Bulan.
"Kita akan tinggal di Bulan,bekerja di Bulan, melakukan pembangunan di Bulan, dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada di Bulan,"papar Walz. Kepala badan antariksa Rusia ROSKOMOS Anatoly Perminov mengungkapkan pula, Rusia pada saat ini sedang mempersiapkan pembangunan roket antariksa baru untuk mengantarkan kosmonot Rusia ke Bulan pada 2020.
Ambisi cukup besar juga datang dari China.Setelah sukses meluncurkan satelit Chang'e 1 pada 2007, China mulai merencanakan misi-misi lanjutan.Untuk membiayai misi-misi tersebut, China rela mengundang investor swasta. Padahal badan antariksa China dikelola oleh angkatan bersenjata.
"Proyek eksplorasi antariksa China berkembang pesat. Kami mendorong perusahaan swasta untuk turut serta dalam pengembangan teknologi antariksa. Kami juga mengundang pihak swasta untuk membiayai penelitian dan manufaktur terkait antariksa," tutur juru bicara badan antariksa China CNSA Li Guoping.
China adalah negara ketiga dunia yang mampu meluncurkan manusia ke angkasa luar, setelah Uni Soviet dan AS. Kini, China berambisi mendaratkan manusia ke permukaan Bulan pada 15 tahun mendatang. Sebelum pendaratan manusia ke Bulan dilakukan, China akan lebih dulu mendaratkan wahana tidak berawak di sana.
Ilmuwan roket China Long Lehao mengungkapkan, China bahkan berencana membangun stasiun antariksa mulai 2020. "Tahun 2020 adalah masa kejayaan teknologi antariksa China. Pada saat itu kami akan mampu mendukung manusia untuk tinggal lebih lama di Bulan dan memanfaatkan sumber daya Bulan,"papar Direktur CNSA Ji Wu.
Jepang pada 2007 juga sukses meluncurkan satelit pemantau Bulan Kaguya. Badan antariksa Jepang JAXA mengungkapkan, tugas- tugas Kaguya antara lain meneliti medan gravitasi Bulan untuk memudahkan pendaratan manusia. Jepang berencana mendaratkan astronot di Bulan pada 2020 untuk meneliti lebih cermat potensi energi di Bulan.
Kembali ke Eropa,Inggris rupanya tergiur pula melihat potensi energi Bulan. Karena itu, Inggris pun ingin turut mengeksplorasi Bulan. Namun, Inggris tidak bisa bekerja sendirian dalam melakukan penelitian terhadap Bulan.Karena itu, Inggris meminta bantuan NASA. Untuk mengeksplorasi Bulan, badan antariksa Inggris BNSC menyiapkan misi pemantauan Bulan bernama sandi MoonLITE (Moon Lightweight Interior and Telecoms Experiment). BNSC menyatakan, MoonLITE merupakan buah kerja sama antara BNSC dengan NASA. "Kerja sama ini adalah kemajuan besar.
Misi MoonLITE akan menunjukkan keunggulan Inggris dalam membangun teknologi satelit, komunikasi, dan robot yang difokuskan untuk mengeksplorasi Bulan,"ujar Profesor Keith Mason, Chairman UK Space Board, yang menjadi badan pengawas BNSC. MoonLITE direncanakan meluncur ke angkasa luar pada 2012. Satelit tersebut sebagian besar dibangun perusahaan-perusahaan Inggris.
NASA membantu dalam bentuk konsultasi teknis dan menyediakan peralatan navigasi.Misi MoonLITE diperkirakan menelan biaya 100 juta pound sterling. Anggota tim MoonLITE antara lain Surrey Satellite Technology (SSTL), anak usaha University of Surrey,yang telah meluncurkan 27 satelit ke angkasa luar.
MoonLITE diharapkan akan mampu mengamati wilayah Bulan yang tidak dapat dilihat oleh misi Apollo pada 1960-an dan 1970-an. "Seluruh pendarat Apollo mendarat pada wilayah khatulistiwa Bulan demi keselamatan. Dengan misi tidak berawak seperti MoonLITE,kita akan mampu mencoba misi-misi ilmiah yang lebih menantang," tutur System Engineer SSTL Andy Phipps.
Target-target MoonLITE antara lain wilayah kutub Bulan dan sisisisi Bulan yang tidak pernah terkena sinar Matahari. MoonLITE akan melayang di orbit Bulan namun satelit itu akan mampu menembakkan tiga atau empat proyektil berisi instrumen penelitian ke permukaan Bulan.
Sebagai salah satu negara paling maju di dunia, Jerman tidak ingin tertinggal dari negara-negara lain dalam mengeksplorasi potensi Bulan. Jerman saat ini mengaku sedang menabung untuk menjalankan misi pendaratan wahana tidak berawak ke Bulan pada 2015.
"Pendaratan Jerman di Bulan dapat dilakukan pada dasawarsa mendatang, sekitar 2015.Misi ini harus dilakukan karena Bulan adalah platform yang sangat baik untuk penelitian angkasa luar," ujar Menteri Perekonomian dan Teknologi Jerman Peter Hintze. Hintze mengungkapkan, misi Bulan itu diperkirakan memakan biaya sekitar USD2,2 miliar.
Hintze mengakui, biaya itu memang sangat besar. Namun, Hintze meyakini, misi tersebut akan membuahkan manfaat yang setimpal. "Jerman memang sedang mengalami resesi paling buruk dalam enam dasawarsa.Tetapi,Bulan adalah sumber jawaban utama tentang bagaimana kita menjamin masa depan planet biru (Bumi) kita.
Misi tersebut saat ini belum bisa dilakukan karena dananya belum ada," tutur Hintze. Bulan menjadi objek eksplorasi besar-besaran karena Bulan diperkirakan kaya Helium 3. Gas tersebut dinilai sebagai sumber energi alternatif yang potensial untuk menggantikan sumber energi Bumi yang mulai menipis.
Selain Jerman, negara-negara lain yang berlomba mengeksplorasi Bulan antara lain AS,Rusia,Jepang, dan China. Di antara negaranegara tersebut, negara yang paling ambisius mengeksplorasi Bulan adalah AS. Badan antariksa AS NASA berambisi mampu mendaratkan astronot di Bulan untuk tinggal di Bulan selama enam bulan. NASA pada saat ini sedang meneliti berbagai jenis desain wahana yang dapat digunakan manusia sebagai tempat tinggal di Bulan.
"Kami perlu tinggal cukup lama di Bulan.Kira-kira sekitar enam bulan. Sama dengan waktu yang kami habiskan untuk tinggal di Stasiun Antariksa Internasional (ISS),"ujar Direktur Advanced Capabilities Division NASA Carl Walz. Walz mengungkapkan, wahana yang akan menjadi pos pertama manusia di Bulan itu mungkin akan memilikidesainmiripISS.
Padasaat ini, ISS dapat ditinggali tiga manusia dalam waktu cukup panjang. NASA bertekad menyelesaikan pembangunan pos Bulan pada 2010.Ada pun penerbangan NASA ke Bulan dijadwalkan berlangsung pada 2020.NASA pada saat ini sedang mendesain pula sistem transportasi, komunikasi, serta pembangkit listrik untuk mendukung operasi di Bulan.
"Kita akan tinggal di Bulan,bekerja di Bulan, melakukan pembangunan di Bulan, dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada di Bulan,"papar Walz. Kepala badan antariksa Rusia ROSKOMOS Anatoly Perminov mengungkapkan pula, Rusia pada saat ini sedang mempersiapkan pembangunan roket antariksa baru untuk mengantarkan kosmonot Rusia ke Bulan pada 2020.
Ambisi cukup besar juga datang dari China.Setelah sukses meluncurkan satelit Chang'e 1 pada 2007, China mulai merencanakan misi-misi lanjutan.Untuk membiayai misi-misi tersebut, China rela mengundang investor swasta. Padahal badan antariksa China dikelola oleh angkatan bersenjata.
"Proyek eksplorasi antariksa China berkembang pesat. Kami mendorong perusahaan swasta untuk turut serta dalam pengembangan teknologi antariksa. Kami juga mengundang pihak swasta untuk membiayai penelitian dan manufaktur terkait antariksa," tutur juru bicara badan antariksa China CNSA Li Guoping.
China adalah negara ketiga dunia yang mampu meluncurkan manusia ke angkasa luar, setelah Uni Soviet dan AS. Kini, China berambisi mendaratkan manusia ke permukaan Bulan pada 15 tahun mendatang. Sebelum pendaratan manusia ke Bulan dilakukan, China akan lebih dulu mendaratkan wahana tidak berawak di sana.
Ilmuwan roket China Long Lehao mengungkapkan, China bahkan berencana membangun stasiun antariksa mulai 2020. "Tahun 2020 adalah masa kejayaan teknologi antariksa China. Pada saat itu kami akan mampu mendukung manusia untuk tinggal lebih lama di Bulan dan memanfaatkan sumber daya Bulan,"papar Direktur CNSA Ji Wu.
Jepang pada 2007 juga sukses meluncurkan satelit pemantau Bulan Kaguya. Badan antariksa Jepang JAXA mengungkapkan, tugas- tugas Kaguya antara lain meneliti medan gravitasi Bulan untuk memudahkan pendaratan manusia. Jepang berencana mendaratkan astronot di Bulan pada 2020 untuk meneliti lebih cermat potensi energi di Bulan.
Kembali ke Eropa,Inggris rupanya tergiur pula melihat potensi energi Bulan. Karena itu, Inggris pun ingin turut mengeksplorasi Bulan. Namun, Inggris tidak bisa bekerja sendirian dalam melakukan penelitian terhadap Bulan.Karena itu, Inggris meminta bantuan NASA. Untuk mengeksplorasi Bulan, badan antariksa Inggris BNSC menyiapkan misi pemantauan Bulan bernama sandi MoonLITE (Moon Lightweight Interior and Telecoms Experiment). BNSC menyatakan, MoonLITE merupakan buah kerja sama antara BNSC dengan NASA. "Kerja sama ini adalah kemajuan besar.
Misi MoonLITE akan menunjukkan keunggulan Inggris dalam membangun teknologi satelit, komunikasi, dan robot yang difokuskan untuk mengeksplorasi Bulan,"ujar Profesor Keith Mason, Chairman UK Space Board, yang menjadi badan pengawas BNSC. MoonLITE direncanakan meluncur ke angkasa luar pada 2012. Satelit tersebut sebagian besar dibangun perusahaan-perusahaan Inggris.
NASA membantu dalam bentuk konsultasi teknis dan menyediakan peralatan navigasi.Misi MoonLITE diperkirakan menelan biaya 100 juta pound sterling. Anggota tim MoonLITE antara lain Surrey Satellite Technology (SSTL), anak usaha University of Surrey,yang telah meluncurkan 27 satelit ke angkasa luar.
MoonLITE diharapkan akan mampu mengamati wilayah Bulan yang tidak dapat dilihat oleh misi Apollo pada 1960-an dan 1970-an. "Seluruh pendarat Apollo mendarat pada wilayah khatulistiwa Bulan demi keselamatan. Dengan misi tidak berawak seperti MoonLITE,kita akan mampu mencoba misi-misi ilmiah yang lebih menantang," tutur System Engineer SSTL Andy Phipps.
Target-target MoonLITE antara lain wilayah kutub Bulan dan sisisisi Bulan yang tidak pernah terkena sinar Matahari. MoonLITE akan melayang di orbit Bulan namun satelit itu akan mampu menembakkan tiga atau empat proyektil berisi instrumen penelitian ke permukaan Bulan.