Lembah suci merupakan tempat hunian biarawan Kristiani yang paling utama pada awal masa Kristen di dunia. Sejumlah besar biaranya berusia sangat kuno, terletak mencolok mata di tengah lekukan lembah, dikelilingi pegunungan Libanon, kayu berkualitas tinggi hasil hutan sekitar digunakan sebagai bahan bangunan keagamaan kuno saat itu.
Lembah suci tersebut adalah lembah yang paling dalam dan merupakan salah satu lembah yang paling indah di Libanon, adalah sebuah taman sentosa yang tidak terpengaruh oleh dunia luar. Di dasar lembah mengalir sungai Qadisha yang berasal dari kaki gunung pinus keramat, di atas lembah hutan pinus salju yang termasyhur menjulang puncak gunung tertinggi di permukaan laut pada perbatasan Libanon.
“Qadisha”, kata yang artinya adalah keramat ini berasal dari keluarga bahasa suku Shan, karena itu arti Wadi Qadisha adalah lembah keramat. Di tengah lembah tersebut terdapat sejumlah gua alami dan rumah batu yang didirikan manusia, sejak abad ke-3 SM hingga masa kerajaan Romawi, bangunan-bangunan ini ditempati manusia. Selain itu, di tengah lembah tersebut bahkan tersebar sejumlah gereja kecil, kuil dan biara yang terbuat dari batu.
Sejak permulaan abad pertengahan, lokasi ini telah menjadi tempat penampungan biarawan, petapa, dan Taois yang mensucikan diri. Pengikut-pengikut yang taat ini tergolong sekte agama yang tidak sama, sebagian besar sekte agama ini terbentuk berdasarkan pengetahuan yang tidak sama terhadap hakikat Kristus, di antara mereka terdapat sekte agama ajaran Kristus, jenis risalah Kristus dan kaum golongan Kristus dsb. Waktu itu, lembah tersebut dihuni sejumlah besar pengikut, bahkan di antaranya termasuk pengikut agama Islam. Penduduk di sini berkomunikasi dalam berbagai bahasa, ada bahasa Yunani, Arab, dan bahasa Etiopia dsb. Lembah suci terbagi menjadi dua, setiap bagian terbagi sesuai dengan golongan biara masing-masing.
Sejak awal, agama Kristen merupakan tempat perkumpulan biarawan. Pohon-pohon di pegunungan dan hutan Libanon adalah harta hutan suci yang tersisa, sekaligus juga merupakan bangunan peninggalan kuno yang sangat berharga. Biara lembah suci adalah contoh yang tersisa dan paling utama yang mencerminkan ajaran Kristen yang fundamental.
Lembah suci tersebut adalah lembah yang paling dalam dan merupakan salah satu lembah yang paling indah di Libanon, adalah sebuah taman sentosa yang tidak terpengaruh oleh dunia luar. Di dasar lembah mengalir sungai Qadisha yang berasal dari kaki gunung pinus keramat, di atas lembah hutan pinus salju yang termasyhur menjulang puncak gunung tertinggi di permukaan laut pada perbatasan Libanon.
“Qadisha”, kata yang artinya adalah keramat ini berasal dari keluarga bahasa suku Shan, karena itu arti Wadi Qadisha adalah lembah keramat. Di tengah lembah tersebut terdapat sejumlah gua alami dan rumah batu yang didirikan manusia, sejak abad ke-3 SM hingga masa kerajaan Romawi, bangunan-bangunan ini ditempati manusia. Selain itu, di tengah lembah tersebut bahkan tersebar sejumlah gereja kecil, kuil dan biara yang terbuat dari batu.
Sejak permulaan abad pertengahan, lokasi ini telah menjadi tempat penampungan biarawan, petapa, dan Taois yang mensucikan diri. Pengikut-pengikut yang taat ini tergolong sekte agama yang tidak sama, sebagian besar sekte agama ini terbentuk berdasarkan pengetahuan yang tidak sama terhadap hakikat Kristus, di antara mereka terdapat sekte agama ajaran Kristus, jenis risalah Kristus dan kaum golongan Kristus dsb. Waktu itu, lembah tersebut dihuni sejumlah besar pengikut, bahkan di antaranya termasuk pengikut agama Islam. Penduduk di sini berkomunikasi dalam berbagai bahasa, ada bahasa Yunani, Arab, dan bahasa Etiopia dsb. Lembah suci terbagi menjadi dua, setiap bagian terbagi sesuai dengan golongan biara masing-masing.
Sejak awal, agama Kristen merupakan tempat perkumpulan biarawan. Pohon-pohon di pegunungan dan hutan Libanon adalah harta hutan suci yang tersisa, sekaligus juga merupakan bangunan peninggalan kuno yang sangat berharga. Biara lembah suci adalah contoh yang tersisa dan paling utama yang mencerminkan ajaran Kristen yang fundamental.