Pesan Tiket Online Pin BBM: 282E5C7C - 085263803555 Pesan Tiket Online Pin BBM: 282E5C7C - 085263803555

Kamis, 11 Agustus 2011

Sunat Kurangi Resiko Penularan HIV/AIDS


Infeksi virus HIV bisa muncul selama berhubungan seks dan penularan virus HIV pada pria biasanya melalui penis. Bila seorang pria disunat, hal itu bisa mengurangi risiko terinfeksi virus mematikan tersebut dua sampai delapan kali.
Sejauh ini berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana sunat pada pria dapat mengurangi risiko terinfeksi HIV. Menurut Carlos R Estrada dan rekan-rekannya dari Pusat Kesehatan St Lukes Rush Presbyterian di Chicago, Illinois, sekitar 80 persen infeksi HIV biasanya muncul selama berhubungan intim.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Sekretariat Badan Dunia untuk Penanggulangan AIDS (UNAIDS) mempertemukan para ahli internasional dalam sebuah konsultasi untuk menentukan apakah sunat pada pria sebaiknya dianjurkan bagi upaya pencegahan infeksi HIV. Setelah dilakukan riset, hasilnya sunat pada pria mampu mengurangi risiko infeksi HIV melalui hubungan heteroseksual pada pria 60 persen.

"Apa hubungannya sunat dengan pengurangan resiko penularan HIV/AIDS? Kepala penis merupakan faktor penting dalam penularan virus HIV/AIDS," Karena itu, sosialisasi mengenai manfaat sunat untuk mengurangi risiko terinfeksi HIV perlu digalakkan," kata Direktur Pelayanan Kesehatan Yayasan Kusuma Buana Adi Sasongko dalam temu media, Selasa (31/3) di rumah makan Empu Sendok, Jakarta. Acara itu diprakarsai Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi DKI Jakarta didukung Kemitraan Australia-Indonesia dan bekerja sama dengan Komunitas Jurnalis Kesehatan Indonesia.

Lalu ia menjelaskan, kulit luar ujung atau kepala penis memegang peranan penting dalam jalan masuknya virus HIV. Kulit paling luar dari ujung atau kepala penis terdapat sel-sel yang sangat peka terhadap virus HIV. Bagian yang dipotong dalam proses sunat ini dilapisi kulit yang amat tipis, bagian ini mudah luka saat berhubungan seksual daripada kulit di belakangnya.

Maka dari itu, virus dapat menyebar dari luka sekecil apa pun. Penis yang tidak disunat lebih mudah menyebarkan virus HIV terhadap pasangannya karena bagian kulit di ujung penis atau kulub yang lembab dan basah itu menjadi tempat yang cocok bagi virus HIV untuk hidup. Kulub yang basah juga berpotensi membantu penularan berbagai penyakit seksual lain. Dengan disunat, otomatis kulit penis akan terbuka sehingga berisiko rendah terhadap infeksi virus HIV.

Menurut data penelitian dari Halperin dan Bailey sebagaimana dikutip Adi menunjukkan, negara-negara Asia dan Afrika dengan prevalensi populasi laki-laki disunat kurang dari 20 persen mempunyai prevalensi HIV beberapa kali lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara dengan populasi laki-laki disunat yang lebih dari 80 persen.

Hasil serupa, ujar Adi, juga ditemui dalam penelitian di Afrika Selatan, Kenya, dan Uganda. Ternyata risiko penularan HIV lebih rendah pada laki-laki disunat dibandingkan dengan yang tidak sunat. "Afrika Selatan 76 persen lebih rendah, Kenya 60 persen lebih rendah, sedangkan Uganda 55 persen lebih rendah," ungkap Adi.

"Kenapa Afrika, karena di daerah tersebut terdapat penderita HIV/AIDS paling banyak, yaitu 22 juta orang," katanya.

Namun, jangan salah, Adi mengingatkan, sunat ini tidak otomatis membuat laki-laki kebal terhadap HIV/AIDS. "Sunat itu hanya mengurangi resiko penularan HIV/AIDS saja," tegasnya.