Pada tanggal 14 Juli 2009 kemarin,
seekor hiu purba dari jenis basking shark terdampar di Long Beach.
Penemuan hiu ini segera mengingatkan saya akan sebuah misteri yang masih
sering diperdebatkan hingga kini. Misteri yang saya maksud adalah
penemuan bangkai makhluk misterius di Selandia Baru oleh kapal pemancing
Jepang. Bangkai ini adalah bangkai hewan paling terkenal di dunia dan
sering disebut dengan bangkai Zuiyo Maru.
Pada pagi hari tanggal 25 April 1977,
sekitar 50 km timur Christchurch, Selandia Baru, Sebuah kapal pemancing
Jepang bernama Zuiyo Maru tanpa sengaja menjaring satu bangkai hewan
dari kedalaman 300 meter. Sekilas, bangkai itu terlihat seperti seekor
Plesiosaurus, dinosaurus air yang paling ternama.
Bangkai itu memiliki bau menyengat,
beratnya sekitar 1.800 kg dan panjangnya sekitar 10 meter. Menurut para
awak kapal yang mengukurnya, panjang leher makhluk itu sekitar satu
setengah meter. Ia juga memiliki empat sirip yang besar dan kemerahan
dengan ekor sepanjang dua meter. Tidak ada organ internal yang tersisa,
namun daging dan lemaknya masih ada terpaut dengan tulangnya. Michihiko
Yano, seorang penyelia bagi perusahaan Taiyo Fishery Company yang
kebetulan hadir saat penemuan itu segera mengambil foto, mengukur
bangkai itu dan membuat sketsanya.
Sayangnya, walaupun para awak kapal
mengetahui bahwa bangkai itu adalah sebuah penemuan penting, kapten
kapal bernama Akira Tanaka memutuskan untuk membuang bangkai itu kembali
ke laut karena ia tidak ingin mengacaukan usaha mereka untuk menangkap
ikan. Untungnya sebelum mereka membuang bangkai itu ke laut, mereka
memotong sebagian sirip hewan itu sebagai sampel.
Berita penemuan itu segera tersebar luas
dan menimbulkan Plesiosaur mania di seluruh Jepang. Data-data yang
diambil oleh para awak kapal kemudian diserahkan kepada para peneliti.
Sebagian peneliti yang melihat foto bangkai tersebut percaya bahwa
bangkai itu adalah seekor Plesiosaurus. Namun ilmuwan lain skeptis.
Lalu sekelompok ilmuwan bertemu untuk
membahas identitas bangkai itu. Dan hasil diskusi mereka dipublikasikan
pada Juli 1978 oleh La Societe Franco Japonaise D'Oceanographie dengan
judul "Collected Papers on the Carcass". Herannya, komite ilmuwan itu
masih tidak bisa mencapai kata sepakat mengenai identitas bangkai itu.
Perdebatan antara ilmuwan itu sebenarnya
dapat dipahami mengingat bahwa seekor dinosaurus yang hidup berdampingan
dengan manusia sangat bertentangan dengan teori Evolusi yang dipercaya
oleh sebagian besar Ilmuwan. Karena itu untuk mengerti perdebatan ini,
saya membagi para ilmuwan ini kedalam dua kelompok, yaitu Evolusionist
dan Creationist.
Evolusionist adalah mereka yang percaya
dengan teori evolusi Darwin bahwa makhluk hidup (dinosaurus) berevolusi
menjadi makhluk modern seperti yang kita kenal sekarang. Dan tentu saja
mereka juga percaya bahwa manusia adalah makhluk modern hasil evolusi
dari primata yang lebih rendah (seperti seekor lemur yang baru-baru ini
diklaim sebagai missing link). Sedangkan Creationist adalah mereka yang
percaya bahwa makhluk hidup diciptakan oleh Tuhan (inteligent design).
Bagi creationist, manusia yang hidup berdampingan dengan dinosaurus
bukanlah hal yang aneh atau tidak masuk akal.
Creationist percaya bahwa bangkai itu
adalah seekor Plesiosaurus, salah satu jenis Dinosaurus, atau paling
tidak makhluk prasejarah lainnya. Sedangkan Evolusionist percaya bahwa
itu adalah seekor "Basking Shark" atau Cetorhinus Maxius.
Salah satu ilmuwan Evolusionist paling
terkenal yang bernama Kuban mengatakan, " Beberapa bukti menunjukkan
bahwa bangkai Zuiyo Maru adalah seekor hiu besar, kemungkinan adalah
basking shark." Ia juga mengkritik sekitar 15 Ilmuwan yang menyatakan
bahwa bangkai itu adalah "fosil hidup". Kuban menyimpulkan bahwa bangkai
tersebut Basking Shark karena ia menemukan protein bernama elastodin
yang hanya ditemukan di Hiu.
Namun, argumen ini dapat dengan gampang
didebat. Bukankah tidak ada yang pernah mengetahui apakah elastodin juga
terdapat pada hewan purba seperti dinosaurus. Lagipula, bukankah hiu
juga termasuk hewan prasejarah ? Jadi apabila ditemukan elastodin
didalam bangkai itu, tidak berarti bangkai itu adalah seekor basking
shark.
Lagipula, para evolusionist dengan gampang
mengabaikan kesaksian para awak kapal. Para awak kapal yang menemukan
bangkai itu mengatakan bahwa mereka melihat ada empat sirip dan dua dari
antaranya adalah sirip atas. Selama proses penyelidikan mereka juga
mengatakan bahwa mereka tidak melihat sirip tunggal (sirip dorsal)
seperti yang terdapat pada hiu. Sirip ganda adalah atribut normal yang
biasa terdapat pada makhluk-makhluk prasejarah seperti plesiosaurus.
Untuk lebih jelasnya, lihatlah perbandingan antara bangkai itu dengan basking shark. Apakah anda melihat kesamaannya ?
Hingga kini, para evolusionist masih terus
mencari missing link (walaupun kadang mereka mengklaim sudah
menemukannya, namun kadang mereka sendiri akhirnya menjadi ragu),
sedangkan creationist terus mencari bukti bahwa dinosaurus pernah atau
masih hidup berdampingan dengan manusia (Nessie contohnya). Saya kira
ini akan menjadi pertarungan sains yang sangat seru.
Sumber: http://xfile-enigma.blogspot.com/2009/07/misteri-bangkai-zuiyo-maru.html