Ada berbagai penjelasan tentang gempa yang akhir-akhir ini sering mengguncang bumi. Namun, penjelasan yang satu ini sungguh berbeda dengan penjelasan yang biasa didengar para siswa di dalam kelas geografi atau yang biasa didengar dari para seismolog – seorang ulama Iran mengatakan bahwa gempa tersebut terjadi akibat ulah perempuan.
Iran adalah salah satu negara yang paling sering dihajar gempa. Menurut seorang ulama senior Iran, Hojatoleslam Kazem Sedighi, gempa yang telah terjadi adalah akibat ulah kaum perempuan yang suka mengenakan busana terbuka dan bersikap menggoda. Penjelasan sang ulama tersebut muncul setelah adanya prediksi dari presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad, bahwa akan terjadi gempa yang mengguncang Iran dan sebagian besar penduduk Iran terpaksa mengungsi akibat gempa tersebut.
“Banyak perempuan tidak berbusana dengan pantas …… menyesatkan para pemuda, menodai kesucian mereka, dan menyebarkan perzinahan di dalam masyarakat, yang mengakibatkan semakin banyaknya gempa.” Demikian kata Sedighi sebagaimana dikutip oleh media Iran.
Di Iran, kaum wanita diharuskan oleh undang-undang untuk menutup aurat mereka, dari ujung rambut sampai ujung kaki. Namun, banyak kaum wanita, terutama yang berusia muda, mengabaikan aturan tersebut. Mereka mengenakan baju yang relatif ketat dan mengenakan kerudung yang menampakkan rambut mereka.
“Apa yang dapat kita lakukan agar tidak terkubur di bawah reruntuhan?” tanya Sedighi dalam sebuah khotbah pada minggu lalu.
“Tak ada solusi selain berlindung dalam naungan agama dan menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan kita.”
Selama dua dekade terakhir, para seismolog telah memperingatkan bahwa terdapat kemungkinan besar akan terjadi gempa besar dalam waktu dekat. Gempa itu dapat menghancurkan ibukota Iran, Teheran. Sehubungan dengan hal itu, banyak pakar mengusulkan untuk memindahkan ibukota ke lokasi yang secara seismik tidak terlalu aktif. Sejak tahun 1830, Teheran tidak mengalami guncangan besar. Walau demikian, kota tersebut berada di atas sejumlah jalur gempa. Salah satu jalur tersebut memiliki panjang sejauh 50 mil.
Pada tahun 2003, kota Bam yang terletak di sebelah selatan Iran diguncang oleh gempa yang menewaskan hampir seperempat penduduk kota itu. Selain menewaskan 31.000 orang penduduk, gempa juga meluluhlantakkan sebuah bangunan kuno, yaitu benteng yang terbuat dari lumpur.
“Penguasa yang suci telah mengatakan kepada saya untuk memberitahu orang-orang untuk bertobat. Mengapa? Karena kita terancam oleh hal itu,” kata Sedighi ketika ia bertindak sebagai imam dalam sholat Jumat.
Sedighi juga memberikan komentar terkait kekerasan yang terjadi setelah berlansungnya pemilu pada bulan Juni lalu. Saat itu, pemerintah Iran, dengan angkatan bersenjatanya, terlibat dalam konflik berdarah dengan kelompok oposisi yang menuduh Ahmadinejad telah memenangkan pemilu dengan cara yang curang.
“Gempa politik yang terjadi adalah reaksi terhadap beberapa aksi (yang berlangsung). Dan kini, jika gempa alami menghantam Teheran, tak seorang pun akan sanggup menghadapi bencana, kecuali kekuatan Tuhan, hanya kekuatan Tuhan semata…..Jadi, marilah kita tidak mengecewakan Tuhan.”
Dua minggu yang lalu, Ahmadinejad membuat prediksi bahwa akan terjadi gempa. Namun, ia tak dapat memberi tanggal yang persis. Ahmadinejad mengaku bahwa ia tak dapat memerintahkan evakuasi atas 12 juta penduduk Teheran. “Namun, keputusan harus dibuat….. setidaknya 5 juta orang harus meninggalkan Teheran agar kota itu tidak terlalu padat,” kata Ahmadinejad.
Menteri kesejahteraan Iran, Sadeq Mahsooli, menyatakan bahwa doa memohon ampun adalah “formula terbaik untuk mencegah gempa”.
“Kita tak dapat menciptakan sistem untuk mencegah gempa. Tapi, Tuhan telah menciptakan sistem itu dan itu adalah dengan cara menghindari dosa, dengan berdoa, dengan memohon ampunan, dengan bersedekah, dan berkorban,” kata Mahsooli.
Iran, yang berlokasi di atas sebuah dataran tinggi, memang rawan terhadap aktivitas tektonik, termasuk lipatan, pecahan, dan letusan vulkanik. Iran memiliki sejarah panjang dalam hal aktivitas gempa bumi. Tak sekedar menghilangkan nyawa, gempa di Iran juga menghancurkan sumber daya alam negara tersebut. Sejak tahun 1900, tercatat 126.000 korban jiwa akibat gempa di Iran.
Pada tahun 2004, muncul sebuah laporan tentang negara-negara dengan rancangan terburuk dalam situasi gempa. Iran tercakup dalam laporan tersebut. Akibat konstruksi bangunan yang buruk, gempa di Iran menelan banyak korban – 1 dari 3000 penduduk Iran tewas akibat insiden terkait gempa. Roger Bilham, seorang professor dari Universitas Colorado, menyatakan bahwa sebagian besar wilayah Iran memerlukan pembangunan kembali. “Jika populasi di Iran memiliki pilihan antara membelanjakan pendapatan dari minyak untuk perlengkapan militer atau untuk perumahan yang tak akan menewaskan mereka, Saya percaya mereka akan memilih rumah yang lebih aman. Ini masalah pendidikan gempa.” Demikian pendapat Bilham.
Sumber: Suara Media
Iran adalah salah satu negara yang paling sering dihajar gempa. Menurut seorang ulama senior Iran, Hojatoleslam Kazem Sedighi, gempa yang telah terjadi adalah akibat ulah kaum perempuan yang suka mengenakan busana terbuka dan bersikap menggoda. Penjelasan sang ulama tersebut muncul setelah adanya prediksi dari presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad, bahwa akan terjadi gempa yang mengguncang Iran dan sebagian besar penduduk Iran terpaksa mengungsi akibat gempa tersebut.
“Banyak perempuan tidak berbusana dengan pantas …… menyesatkan para pemuda, menodai kesucian mereka, dan menyebarkan perzinahan di dalam masyarakat, yang mengakibatkan semakin banyaknya gempa.” Demikian kata Sedighi sebagaimana dikutip oleh media Iran.
Di Iran, kaum wanita diharuskan oleh undang-undang untuk menutup aurat mereka, dari ujung rambut sampai ujung kaki. Namun, banyak kaum wanita, terutama yang berusia muda, mengabaikan aturan tersebut. Mereka mengenakan baju yang relatif ketat dan mengenakan kerudung yang menampakkan rambut mereka.
“Apa yang dapat kita lakukan agar tidak terkubur di bawah reruntuhan?” tanya Sedighi dalam sebuah khotbah pada minggu lalu.
“Tak ada solusi selain berlindung dalam naungan agama dan menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan kita.”
Selama dua dekade terakhir, para seismolog telah memperingatkan bahwa terdapat kemungkinan besar akan terjadi gempa besar dalam waktu dekat. Gempa itu dapat menghancurkan ibukota Iran, Teheran. Sehubungan dengan hal itu, banyak pakar mengusulkan untuk memindahkan ibukota ke lokasi yang secara seismik tidak terlalu aktif. Sejak tahun 1830, Teheran tidak mengalami guncangan besar. Walau demikian, kota tersebut berada di atas sejumlah jalur gempa. Salah satu jalur tersebut memiliki panjang sejauh 50 mil.
Pada tahun 2003, kota Bam yang terletak di sebelah selatan Iran diguncang oleh gempa yang menewaskan hampir seperempat penduduk kota itu. Selain menewaskan 31.000 orang penduduk, gempa juga meluluhlantakkan sebuah bangunan kuno, yaitu benteng yang terbuat dari lumpur.
“Penguasa yang suci telah mengatakan kepada saya untuk memberitahu orang-orang untuk bertobat. Mengapa? Karena kita terancam oleh hal itu,” kata Sedighi ketika ia bertindak sebagai imam dalam sholat Jumat.
Sedighi juga memberikan komentar terkait kekerasan yang terjadi setelah berlansungnya pemilu pada bulan Juni lalu. Saat itu, pemerintah Iran, dengan angkatan bersenjatanya, terlibat dalam konflik berdarah dengan kelompok oposisi yang menuduh Ahmadinejad telah memenangkan pemilu dengan cara yang curang.
“Gempa politik yang terjadi adalah reaksi terhadap beberapa aksi (yang berlangsung). Dan kini, jika gempa alami menghantam Teheran, tak seorang pun akan sanggup menghadapi bencana, kecuali kekuatan Tuhan, hanya kekuatan Tuhan semata…..Jadi, marilah kita tidak mengecewakan Tuhan.”
Dua minggu yang lalu, Ahmadinejad membuat prediksi bahwa akan terjadi gempa. Namun, ia tak dapat memberi tanggal yang persis. Ahmadinejad mengaku bahwa ia tak dapat memerintahkan evakuasi atas 12 juta penduduk Teheran. “Namun, keputusan harus dibuat….. setidaknya 5 juta orang harus meninggalkan Teheran agar kota itu tidak terlalu padat,” kata Ahmadinejad.
Menteri kesejahteraan Iran, Sadeq Mahsooli, menyatakan bahwa doa memohon ampun adalah “formula terbaik untuk mencegah gempa”.
“Kita tak dapat menciptakan sistem untuk mencegah gempa. Tapi, Tuhan telah menciptakan sistem itu dan itu adalah dengan cara menghindari dosa, dengan berdoa, dengan memohon ampunan, dengan bersedekah, dan berkorban,” kata Mahsooli.
Iran, yang berlokasi di atas sebuah dataran tinggi, memang rawan terhadap aktivitas tektonik, termasuk lipatan, pecahan, dan letusan vulkanik. Iran memiliki sejarah panjang dalam hal aktivitas gempa bumi. Tak sekedar menghilangkan nyawa, gempa di Iran juga menghancurkan sumber daya alam negara tersebut. Sejak tahun 1900, tercatat 126.000 korban jiwa akibat gempa di Iran.
Pada tahun 2004, muncul sebuah laporan tentang negara-negara dengan rancangan terburuk dalam situasi gempa. Iran tercakup dalam laporan tersebut. Akibat konstruksi bangunan yang buruk, gempa di Iran menelan banyak korban – 1 dari 3000 penduduk Iran tewas akibat insiden terkait gempa. Roger Bilham, seorang professor dari Universitas Colorado, menyatakan bahwa sebagian besar wilayah Iran memerlukan pembangunan kembali. “Jika populasi di Iran memiliki pilihan antara membelanjakan pendapatan dari minyak untuk perlengkapan militer atau untuk perumahan yang tak akan menewaskan mereka, Saya percaya mereka akan memilih rumah yang lebih aman. Ini masalah pendidikan gempa.” Demikian pendapat Bilham.
Sumber: Suara Media