Setiap
tahun, Pemerintah Indonesia memberi izin untuk pembabatan 1,8 juta
hektar hutan, atau sama luasnya dengan luas Pulau Bali. Tidak hanya
itu, Indonesia juga memperoleh predikat negara yang paling cepat
menghabiskan hutan oleh Guinness World Record.
Demikian
diungkap Joko Arif, Juru Kampanye Hutan Greenpeace untuk Asia
Tenggara, yang ditemui di sela aksi damai “Selamatkan Hutan” di depan
Istana Merdeka, Jakarta, Senin (18/5).
Lebih
lanjut, ia mengatakan bahwa usaha menyelamatkan hutan itu memerlukan
komitmen politik. Hal tersebut dilambangkan dengan banner bergambar
peta Indonesia dan bendera merah putih yang ditempelkan di semua bagian
pulau. “Presiden maupun para capres seharusnya memasukkannya
(perbaikan hutan) dalam komitmen politiknya jika memang mempunyai
perhatian pada linglungan hidup,” kata Joko yang berdiri membelakangi
banner yang diangkat 10 orang itu. Satu satunya adalah aktor Krisna
Murti.
Aksi damai ini, tambahnya, hendak
mendesak Presiden RI segera melakukan jeda tebang hutan Indonesia.
“Sampai regulasi yang terkait kehutanan dibenahi karena selama ini
terjadi timpang tindih antara Keppres dan Kepmen. Dengan demikian
membuka peluang korupsi dan illegal logging,” ungkap Joko.
Kemudian
ia mengungkapkan ada 3 tujuan dilakukannya jeda tebang ini, yaitu
menyelamatkan masyarakat yang tinggal di hutan dan sekitarnya,
melindungi air tanah, dan melindungi kualitas udara bumi. Saat ini aksi
dilanjukan ke pelataran Monas untuk melakukan human banner yang
bertuliskan SOS. Ada 60 orang yang diperlukan intuk membentuk huruf
tersebut. “Aksi ini untuk menekankan betapa gentingnya kondisi hutan
Indonesia,” pungkas Joko.
Sumber: Kompas.com