Anda
mungkin masih ingat pada waktu Anda tersesat di hutan, Anda seolah
berjalan memutar. Tapi apakah Anda berjalan seolah-olah memutar atau
Anda memang berjalan memutar? Penelitian terbaru justru menjelaskan Anda
bukan seolah-olah memutar, melainkan Anda memang tengah memutar.
Itulah
hasil penelitian yang dipublikasikan dalam Current Biology. “Cerita
bahwa manusia seolah berjalan berputar saat mereka tersesat sungguh
terjadi dan bukan sekadar perasan,” ujar Jan Souman dari Max Planck
Institute for Biological Cybernetics, Tübingen, Jerman, seperti dikutip
Sciencedaily.
Untuk
membuktikan hal tersebut para peneliti melakukan serangkaian
percobaan. Pertama para peserta yang terdiri dari enam orang
diperintahkan berjalan di hutan lebat selama beberapa jam. Empat dari
enam orang berjalan di bawah cuaca mendung. Jalur mereka pun direkam.
Setelah diamati ternyata keempat orang tersebut berjalan memutar.
Bertolak belakang dengan Keempat peserta yang pertama, dua peserta lain
diperintahkan berjalan saat matahari kembali muncul. Rekaman
menunjukkan keduanya berjalan lurus.
Di
tempat lain para peneliti mencoba menguji tiga orang peserta yang
diperintahkan berjalan di tengah gurun. Dua peserta berjalan saat tengah
hari, sedangkan satu orang sisanya berjalan saat malam tiba. Hasilnya,
tak berbeda dengan eksperimen pertama. Dua orang yang berjalan di
siang hari berjalan lurus, namun tidak demikian dengan satu rekannya
yang berjalan di malam hari. Saat bulan tertutup awan, peserta yang
berjalan malam hari ternyata berjalan memutar dan kembali ke tempat
semula.
Penelitian ini menujukkan, orang
yang tersesat akan cenderung berjalan memutar. Lantas mengapa
demikian? Para peneliti menduga jalan putar yang dilakukan mereka yang
tersesat disebabkan banyaknya “kebisingan” dalam sistem sensor
motoriknya. Itu yang menyebabkan mereka yang tersesat cenderung
berjalan memutar.
Sumber: liputan6.com