Sebuah
studi baru-baru ini telah menemukan seekor kelelawar aneh di Selandia
Baru yang kebayakan aktivitasnya berjalan dengan empat kaki di tanah
ketimbang dengan sayapnya.
Melansir
pemberitaan National Geographic, Jumat (31/7) disebutkan, spesies ini
diduga masih ada kaitannya dengan keturunan nenek moyang kelelawar 20
juta tahun silam di Australia. Studi itu dilakukan oleh tim peneliti
international yang dipimpin oleh Dr Suzanne Hand, pakar kelelawar di
University of New South Wales, Sydney.
Bersama
dengan kelelawar vampire Desmodus rotundus di Amerika, kelelawar New
Zealand itu hanya dua dari 1.100 spesies kelelawar di seluruh dunia
yang bisa berjalan dengan empat kaki dengan sesungguhnya.
Kelelawar
itu menggunakan sayapnya sebagai kaki. Jempol dan jarinya memiliki
tambahan, termasuk sistem perekat seperti di tokek. Tim itu juga
mendapati, adaptasi otot dan tulang yang mirip dengan fosil yang
ditemukan di Australia. “Kelelawar berekor pendek itu tampaknya
satu-satunya yang selamat dari moyangnya di Australia dan kini hanya
ditemukan di New Zealand,” kata Dr Hand.
“Penemuan
ini menentang hipotesa kelelawar tidak ditemukan di darat karena
faktor persaingan atau pemangsa binatang lain,” katanya. Ia menambahkan
beda dengan burung, tidak ada bukti kemampuan terbang kelelawar
menurun akibat hidup di pulau yang terpencil.
Spesies ini berkelana di tanah di kawasan hutan lebat dengan berburu serangga dan mencari buah-buahan.
Sumber : harian-global.com